Inggris, seperti banyak negara lain, menghadapi populasi yang menua dengan cepat dan krisis layanan sosial yang mungkin terjadi. Ketika lowongan kerja meningkat dan kebutuhan yang tidak terpenuhi semakin banyak, para peneliti dan pembuat kebijakan mencari solusi yang mengejutkan: robot. Namun apakah mesin-mesin ini benar-benar dapat memberikan alternatif yang penuh kasih dan efektif terhadap perawat manusia, atau apakah mesin-mesin ini mewakili pertaruhan berisiko terhadap individu-individu yang rentan?
Bangkitnya Bantuan Robotik
Gagasan tentang robot yang membantu perawatan lansia bukanlah hal baru. Sepuluh tahun yang lalu, pemerintah Jepang mulai menawarkan subsidi kepada produsen robot, didorong oleh populasi yang menua dan kurangnya staf panti jompo. Hal ini menyebabkan uji coba yang melibatkan beberapa jenis robot, masing-masing dirancang untuk tujuan tertentu. HUG, robot berbentuk kerangka berjalan, membantu mengangkat dan memindahkan pasien. Paro, robot menyerupai anjing laut, bertujuan untuk merangsang pasien demensia melalui sentuhan dan suara. Dan Pepper, robot humanoid, memimpin kelas latihan dan memberikan instruksi.
Meskipun antusiasme awal cukup tinggi, observasi yang dilakukan oleh pakar AI, Dr. James Wright, menunjukkan gambaran yang kurang menggembirakan. Staf panti jompo mendapati diri mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk membersihkan, mengisi ulang, dan memecahkan masalah robot daripada menggunakannya. Robot menyebabkan kesusahan, menghambat pergerakan, dan menawarkan fungsionalitas terbatas, yang pada akhirnya menyebabkan berkurangnya penggunaan robot. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan teknologi saja sudah menjamin keberhasilan teknologi dalam rangkaian perawatan yang kompleks.
Mengatasi Tantangan dan Penyempurnaan
Meskipun mengalami kemunduran pada awalnya, para pengembang di balik robot-robot ini tidak meninggalkan konsep tersebut. Desain HUG telah disempurnakan untuk meningkatkan kekompakan dan kemudahan penggunaan. Pencipta Paro menekankan uji coba selama puluhan tahun dan menunjukkan efek terapeutik. Perangkat lunak Pepper telah diperbarui secara signifikan.
Para peneliti sekarang fokus untuk membuat robot lebih cocok untuk lingkungan perawatan di dunia nyata. Jaringan Emergence, dipimpin oleh Praminda Caleb-Solly dari Universitas Nottingham, menghubungkan pembuat robot dengan calon pengguna dan mengumpulkan masukan dari individu lanjut usia, guna memahami kebutuhan spesifik mereka. Umpan balik ini menunjukkan keinginan untuk interaksi suara, penampilan yang tidak mengancam, dan, yang terpenting, robot yang dapat menangani pengisian daya dan pembersihan mandiri.
Pencarian Ketangkasan: Membangun Tangan Seperti Manusia
Tantangan utamanya terletak pada mereplikasi ketangkasan tangan manusia. Tangan robot perlu melakukan berbagai tugas dengan presisi dan sensitivitas yang sama seperti tangan manusia. Shadow Robot Company, bersama 35 perusahaan teknik lainnya, sedang mengerjakan proyek yang didanai oleh Advanced Research and Invention Agency (ARIA) untuk mengembangkan tangan robot yang lebih mirip manusia. Upaya ini mencakup mempelajari pergerakan hewan untuk menginformasikan pilihan desain dan mengembangkan otot buatan—sebuah bidang di mana perusahaan Guggi Kofod yang berbasis di Denmark, Pliantics, telah membuat terobosan signifikan.
Potensi Kesalahan: Kekhawatiran Tentang Masa Depan Perawatan
Meskipun bantuan robot menjanjikan, beberapa ahli memperingatkan potensi konsekuensi negatif. Dr. Wright menyampaikan kekhawatiran bahwa penggunaan robot secara luas dapat mengakibatkan upah yang lebih rendah bagi perawat manusia dan fasilitas perawatan yang lebih besar dan terstandarisasi—yang pada akhirnya mengurangi kualitas layanan. Dia khawatir robot akan menggantikan interaksi manusia, bukan meningkatkannya.
Perspektif yang Seimbang
Meskipun kekhawatiran mengenai otomatisasi memang benar, namun banyak pihak yang tetap optimis. Gopal Ramchurn dari Universitas Southampton menekankan bahwa bantuan robot dapat mengatasi semakin berkurangnya jumlah perawat. Dia menyebut robot humanoid Optimus milik Elon Musk sebagai tanda bahwa robot pengasuh akan segera hadir, dan mendukung regulasi proaktif untuk memastikan bahwa teknologi bermanfaat bagi umat manusia.
Kesimpulan
Integrasi robot ke dalam perawatan lansia mempunyai potensi dan potensi risiko yang besar. Meskipun kemajuan teknologi menawarkan solusi terhadap krisis penuaan, penting bagi kita untuk berhati-hati dan memprioritaskan kesejahteraan individu yang menerima perawatan. Pendekatan yang seimbang—yang menggabungkan inovasi teknologi dengan sentuhan manusia yang sangat berharga—diperlukan untuk memastikan masa depan di mana robot membantu, bukan menggantikan, pengasuhan yang penuh kasih sayang. Pada akhirnya, tujuannya adalah untuk menciptakan sistem di mana robot meringankan beban manusia yang merawat, memungkinkan mereka untuk fokus pada aspek penting perawatan yang memerlukan empati, pengertian, dan hubungan antarmanusia.












































